Tidak
Ada yang Mustahil Bagi Tuhan
Saya
adalah seorang ibu yang harus menghidupi anak-anak saya. Dalam perjalanan hidup
ini saya harus jatuh bangun untuk menyekolahkan anak-anak saya. Ketika
anak-anak saya masih kecil sang suami tercinta meninggalkan kami sekeluarga.
Beban semakin berat karena anak-anak saya yang berjumlah 9 orang itu masih
kecil-kecil. Mereka butuh pendampingan dari orangtua. Sebagai seorang ibu, saya
harus bekerja untuk mencari makan untuk mereka. Selain beban untuk mendidik dan
membesarkan anak, saya juga harus memikul beban batin di mana banyak para
tetangga yang mencemohon saya karena saya seorang janda yang pergi pagi pulang
larut malam. Tekanan dan gossip dari tetangga seringkali membuat saya emosi.
Tetapi ketika saya mengingat anak-anak, akhirnya saya kembali tenang.
Dalam
penderitaan yang berat ini, saya selalu berdoa mohon kepada Tuhan untuk
mengembalikan suami saya yang lari. Setiap malam menjelang istirahat saya selalu
menyempatkan diri untuk sejenak berdoa kepada Tuhan memohon agar suami saya bisa
kembali ke rumah. Saya tidak putus-putusnya berdoa kepada Tuhan. Saya juga
rajin merayakan ekaristi harian di gereja sebelum berangkat kerja. Namun pada
suatu hari saya mengalami kebosanan. Doa yang saya panjatkan kepada Tuhan
seperti tidak didengarkan oleh Tuhan. Saya mulai malas ke gereja. Saya terus
bekerja hingga anak-anak saya dapat menyelesaikan sekolah hingga sarjana. Sekarang
anak-anak saya sudah menjadi orang sukses. Doa saya tetap belum dikabulkan oleh
Tuhan. Sampai saat ini suami saya belum kembali juga hingga anak kami sudah
besar. Saya sangat kecewa dan pelan-pelan ingin menjauh dari gereja.
Sehingga
suatu saat saya diajak oleh seorang teman untuk ikut retret Mutiara Dalam Doa dan
sempat saya tolak. Menurut saya setiap retret sama saja, pasti kerjaannya doa..doa..dan
berdoa. Tetapi ketika menjelang hari keberangkatan akhirnya saya menyatakan
untuk ikut retret. Hati saya seperti digiring oleh Tuhan untuk ikut retret
Mutiara Dalam Doa. Akhirnya saya ikut retret. Dan ketika saya diajak masuk
dalam suasana doa. Dalam dirinya, sempat terjadi penolakkan. Tetapi saya
berusaha untuk mengembalikan semangat doa saya. Pada saat acara pencurahan Roh
Kudus, ntah kenapa saya betul-betul merasa tenang dan damai dalam hidup saya. Saya
merasakan kasih Tuhan menaungi diri saya. Akhirnya saya sadar bahwa doa saya
memang tidak dikabulkan, tetapi justru didengarkan Tuhan.
Tuhan
telah mendengar doa saya dengan memberikan kekuatan kepada saya sehingga saya bisa
menyekolahkan anak-anak saya hingga sukses sekarang. Saya teringat pengalaman
Yesus ketika berdoa di tanam Getzemani. Yesus pun sama seperti saya saat berdoa
kepada Bapa untuk melepaskan penderitaan dan sepertinya tidak dikabulkan juga.
Tetapi Allah Bapa justru memberi Yesus kekuatan untuk memikul salib hingga ke
puncak Golgota. Dalam doa-Nya Yesus sempat mengatakan kepada Bapa-Nya: “Ya Bapa-Ku, Jikalau Engkau mau, ambillah
cawan ini dari pada-Ku; tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah
yang terjadi.” Sekarang saya telah memperoleh kekuatan yang luarbiasa
besar. Saya telah dikuatkan untuk menyekolahkan, mendidik dan mengantar
anak-anak saya hingga sukses. Kekuatan itu hanya mungkin berasal dari Tuhan.
Secara manusiawi mungkin saya pasti tidak mampu, tetapi tidak ada yang mustahil
bagi Tuhan dalam hidup saya. Terima kasih Yesus
Tidak ada komentar:
Posting Komentar