Retreat House Tugu Wacana dibangun di atas desa Tugu, Cisarua.
Bila anda hendak rekreasi di area puncak Cisarua, anda akan menjumpai
satu-satunya restoran KFC (Kentucky Freid Chicken) di sana. Di wilayah belakang
restoran KFC itulah rumah retret Tugu Wacana itu berdiri.
Penggunaan kata Tugu Wacana diinspirasi dari nama desa Tugu, sedang Wacana berarti satuan bahasa terlengkap yang direalisasikan dalam bentuk karangan atau laporan utuh, seperti novel, buku, artikel, pidato, atau khotbah.
Rumah retret Tugu Wacana bukanlah hotel atau penginapan umum. Rumah retret ini adalah rumah Khalwat atau tempat seseorang yang ingin mengundurkan diri dari hiruk pikuk pekerjaan yang berat, penat atau dari jenuhnya gaya hidup yang salah untuk beribadah, bertafakur, dan mendekatkan diri pada Allah Sang Pencipta. Singkat kata, rumah retret ini hanya untuk kalangan sendiri. Persisnya untuk umat katolik yang rindu mengalami kehadiran kasih Allah, sekaligus mendonasi berkat yang telah mereka peroleh dari Allah. Mereka yang rindu menjalankan retret akan dibimbing oleh seorang atau beberapa biarawan katolik yang berpengalaman.
Penggunaan kata Tugu Wacana diinspirasi dari nama desa Tugu, sedang Wacana berarti satuan bahasa terlengkap yang direalisasikan dalam bentuk karangan atau laporan utuh, seperti novel, buku, artikel, pidato, atau khotbah.
Rumah retret Tugu Wacana bukanlah hotel atau penginapan umum. Rumah retret ini adalah rumah Khalwat atau tempat seseorang yang ingin mengundurkan diri dari hiruk pikuk pekerjaan yang berat, penat atau dari jenuhnya gaya hidup yang salah untuk beribadah, bertafakur, dan mendekatkan diri pada Allah Sang Pencipta. Singkat kata, rumah retret ini hanya untuk kalangan sendiri. Persisnya untuk umat katolik yang rindu mengalami kehadiran kasih Allah, sekaligus mendonasi berkat yang telah mereka peroleh dari Allah. Mereka yang rindu menjalankan retret akan dibimbing oleh seorang atau beberapa biarawan katolik yang berpengalaman.
Gagasan perlunya memiliki sebuah rumah retret kawasan
puncak berawal dari pembicaraan Uskup KAJ, alm. Mgr. Leo Sukoto, SJ dengan pimpinan
biarawan SVD Jawa. Atas dorongan uskup, dimulailah upaya mencari tanah murah,
namun harus bersuasana pedesaan, sepi, hening, masih alami dengan udara yang sejuk,
dingin dan segar.
Sesudah melihat beberapa tempat, maka tibalah beberapa biarawan katolik ini ke desa Tugu. Kehadiran mereka bukan untuk mewartakan agama, melainkan untuk mencari tempat retret dan berdoa.
Waktu itu hanya ada satu rumah yang ada di sepanjang jalan menuju lokasi. Jalan masuk pun cukup sulit, jembatan masih darurat dan tanpa reiling (bagian di kiri-kanan). Lokasi itu semula seperti di tengah hutan yang mana di dalamnya hanya ada satu rumah dari kayu yang dipakai sebagai ruang tidur dan ruang kaca yang besar serta rumah untuk pembantu. Sebagai tambahan pada ruang kaca juga ada ruangan untuk tidur.
Suasana hening dan sepi masih kuat terasa hingga saat ini.
Pohon-pohon yang besar dengan daun-daun yang lebar serta bambu-bambu bernuansa emas kuning akan terasa seperti sahabat yang
selalu mengajak kita untuk bersama-sama berdoa memuji Tuhan. Kicauan
burung-burung yang merdu juga selalu mengingatkan kita untuk ikut bersiul memuliakan
nama Tuhan.
Suara gemericik air sungai kecil tidak luput menyapa kita untuk
selalu mengucap syukur kepada Sang Pencipta.
Setelah melihat semua itu, pimpinan tinggi SVD mengatakan
bahwa inilah tempat yang cocok untuk rumah retret, rumah doa dan rumah Tuhan. Kemudian
pemilik tanah dan bapak Mochtar Lubis, sastrawan Indonesia beserta istrinya
yang memiliki perjanjian dengan pemilik tanah pun dihubungi. Notaris juga
dihubungi untuk mengatur jual-beli rumah dan tanah sesuai dengan hukum yang
berlaku di Indonesia.
Demikianlah kisah singkat tentang asal usul rumah retret Tugu Wacana, Cisarua yang sudah berdiri kurang lebih 30 puluh tahun.
Demikianlah kisah singkat tentang asal usul rumah retret Tugu Wacana, Cisarua yang sudah berdiri kurang lebih 30 puluh tahun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar