Retret
adalah sebuah kegiatan pribadi atau sekelompok orang yang bertujuan untuk mendapatkan
ketenangan batin dengan cara menyendiri, merenung, dan mengundurkan diri dari
kesibukan dunia ramai, dari pola/gaya hidup yang tidak sehat dan tidak teratur
untuk sementara waktu.
Kegiatan retret
kerap kita temui di dalam kehidupan para rahib/rubiah/biarawan/biarawati
Katolik yang hidupnya khusus diberikan untuk mengabdikan diri pada Allah dan
pelayanan diri kepada komunitas biara. Kaum
biarawan-biarawati Katolik sudah terbiasa menjalankan kehidupan retret. Mereka
mengikuti Yesus yang pada masa hidup-Nya selalu setia menarik diri dan pergi ke
tempat yang sunyi bersama para murid-Nya (Mrk 6:30–34, 45–46).
Yesus telah melakukan retreat pribadi-Nya dengan
cara berhenti sejenak dari pekerjaan-Nya, lalu menyendiri untuk merenungkan apa
yang telah Ia lakukan, berdoa; berkomunikasi dan berusaha memahami Kehendak
Bapa pada diri-Nya hingga Yesus memperoleh kesegaran kembali untuk bekerja dan
melanjutkan perjalanan-Nya.
Lamban laun, kegiatan retret yang biasanya dilakukan
di dalam kehidupan membiara itu
diperkenalkan dan dipraktekkan kepada siswa-siswi awam melalui proses
pendidikan dan pembinaan rohani di sekolah-sekolah Katolik yang dikelola oleh
para biarawan-biarawati. Singkat cerita, kegiatan retret itu disukai
siswa-siswi hingga mereka dewasa dan menyebar kepada orang-orang awam sampai
sekarang.
Pada dasarnya retret berkaitan dengan pembinaan diri
guna memenuhi kepuasan rohani maupun kesehatan lahir batin, seperti upaya pengolahan
stess, proses memahami pribadi sekaligus pembinaan mental-spiritual. Kegiatan
retret ini juga berkaitan dengan proses pemulihan hubungan dan pengolahan
konflik antara seseorang dengan dirinya sendiri, dengan orang lain, dengan alam
ciptaan dan dengan Tuhan yang ia imani.
Umumnya
acara retret dilakukan di daerah yang tempatnya sangat sunyi dan hening, baik
di pedesaan maupun pedalaman yang jauh dari keramaian. Misalnya saja di biara
maupun di rumah-rumah retret yang masih merawat alam lingkungannya yang alami.
Intinya
bahwa seseorang atau kelompok orang yang akan menjalankan kegiatan retret yang
baik dibutuhkan kedisiplinan diri untuk mencapai pengalaman keheningan dan
kesunyian hati. Meski begitu, kegiatan mencapai pengalaman hening dan
menyendiri akan dibimbing oleh seorang religius/pemimpin rohani atau spiritual
(fasilitator) yang berpengalaman.
Di
samping ada retret yang dilakukan dalam keheningan, namun ada pula retret yang dilakukan
dalam suasana bersama kelompok kecil untuk bisa saling berbagi pengalaman iman,
spiritual dan doa bersama. Keberhasilan seseorang mengalami retret juga
tergantung dari kerjasama antara dirinya dengan pembimbing rohaninya.
Pembimbing rohani sebagai fasilitator akan berusaha memberikan pembinaan dan pengarahan
sampai peserta mencapai tujuan yang akan dicapai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar