Salah satu kelanjutan retret Tulang Rusuk adalah retret Mutiara Dalam
Doa yang juga dibimbing oleh Romo Jusuf Halim, SVD. Apakah retret Mutiara Dalam
Doa itu? Dan apa yang menarik dari retret ini?
Retret Mutiara Dalam Doa disingkat menjadi Retret MDD. Retret ini sengaja disajikan oleh Rm. Jusuf Halim mengingat ada banyak peserta yang telah mengikuti Retret Tulang Rusuk (disingkat Retret TR) masih ingin mengikuti retret Tulang Rusuk untuk kedua kalinya. Sudah tentu, retret Tulang Rusuk tidak bisa diikuti dua (2) kali atau berkali-kali, mengingat para peminat yang ingin ikut retret Tulang Rusuk masih banyak dari berbagai kota, dan harus mengantri menunggu pendaftaran yang terbatas. Retret Tulang Rusuk terpaksa dibuat terbatas mengingat kapasitas kamar rumah retret atau hotel yang dipakai untuk retret masih kurang mencukupi.
Retret Mutiara Dalam Doa disingkat menjadi Retret MDD. Retret ini sengaja disajikan oleh Rm. Jusuf Halim mengingat ada banyak peserta yang telah mengikuti Retret Tulang Rusuk (disingkat Retret TR) masih ingin mengikuti retret Tulang Rusuk untuk kedua kalinya. Sudah tentu, retret Tulang Rusuk tidak bisa diikuti dua (2) kali atau berkali-kali, mengingat para peminat yang ingin ikut retret Tulang Rusuk masih banyak dari berbagai kota, dan harus mengantri menunggu pendaftaran yang terbatas. Retret Tulang Rusuk terpaksa dibuat terbatas mengingat kapasitas kamar rumah retret atau hotel yang dipakai untuk retret masih kurang mencukupi.
Untuk mengatasi kelanjutan dari retret Tulang Rusuk itu, maka Rm. Jusuf
Halim mengambil inisiatif untuk mengadakan retret Mutiara Dalam Doa sebagai
kelanjutan dari retret Tulang Rusuk. Adapun dalam retret MDD, peserta retret akan
diajak untuk memahami hidup doa dan kaitannya dengan penderitaan hidup. Ada apa dengan doa-doa kita? Apakah
hubungannya antara berdoa dan menderita? Apakah kita telah salah berdoa
sehingga kita harus menderita? Lalu, bagaimana caranya berdoa dengan baik?
Pada dasarnya kita harus menyadari bahwa selama kita masih hidup di
dunia ini, manusia tidak akan lepas dari penderitaan. Rasa sakit, sengsara, dan
penderitaan adalah sesosok sahabat yang tidak mungkin bisa kita tolak. Karena
Yesus sendiri sebagai manusia telah mengalami penderitaan dan sengsara yang
hebat. Penderitaan hidup kita masih belum apa-apa bila disandingkan dengan penderitaan Yesus Kristus.
Dalam refleksi Romo Jusuf Halim, gambaran penderitaan itu dapat kita
jumpai pada proses pembentukan mutiara dari sebuah kerang. Kerang yang hidup di
dasar lautan juga harus menderita ketika dirinya mau menghasilkan mutiara. Kapan
kerang itu menderita? Ketika tubuh si kerang kemasukan sebuah benda keras/butiran pasir-pasir laut ; maka
pada saat itulah dirinya mengalami rasa sakit dan penderitaan yang hebat.
Bayangkan kalau mata kita kemasukan debu atau pasir halus, apa yang bisa kita
lakukan? Sudah tentu kita tidak akan tahan merasakan rasa pedih di mata dan berusaha mengeluarkannya, bukan?.
Begitu
pula halnya kerang hidup itu. Pada saat tubuhnya kemasukkan benda atau pasir. maka pada saat itu juga tubuhnya yang lunak, lembut dan halus akan segera
mengeluarkan zat cair yang bertujuan untuk membungkus benda keras itu. Rasa sakit
yang dialami bukan satu, dua atau tiga hari. Bukan juga satu minggu, satu bulan,
atau tiga bulan. Rasa sakit yang ia alami adalah bertahun-tahun hingga akhirnya benda keras yang telah terbungkus zat
cairan itu membentuk sebuah mutiara yang indah. Dari simbol kerang dan mutiara
itu Rm. Jusuf Halim ingin mengatakan kepada kita bahwa Penderitaan dan rasa sakit yang kita
alami selama hidup kita janganlah menjadikan diri kita putus asa dan meninggalkan
Tuhan. Seringkali kita tidak sadar bahwa Tuhan turut berkerja di dalam diri kita
untuk mendatangkan kebaikan dan menghasilkan mutiara yang berharga.
Demikian pula dalam hidup ini, banyak pasutri yang tadinya begitu setia berdoa akhirnya mengalami kekecewaan dan marah ketika doa-doa yang mereka panjatkan seakan-akan tidak didengar dan dikabulkan Tuhan. Tidak sedikit dari mereka yang malah putus asa dan akhirnya tidak lagi mau berdoa kepada Tuhan. Mereka selalu menuntut pada Tuhan agar mengabulkan permintaan sesuai apa yang mereka mau. Bukan apa yang Tuhan mau. Singkatnya, Tuhan dianggap pelayan mereka yang harus melaksanakan tugas untuk mereka.
Pertanyaannya, apakah benar Tuhan tidak
mendengar dan tidak mau mengabulkan doa-doa kita? Apakah sudah terbukti kalau
Tuhan sudah meninggalkan diri kita? Kalau memang kita telah berpikir bahwa Tuhan
tidak pernah mendengar dan mengabulkan doa permohonan kita. Lalu, bagaimana kita melihat situasi yang dialami
oleh Yesus sendiri ketika Yesus berdoa di taman Getsemani dengan
penuh perasaan takut? Apakah Yesus pernah kecewa dan marah hingga akhirnya
meninggalkan Bapa-Nya? Apapun yang terjadi dalam hidup Yesus di taman Getsemani,
Allah Bapa tidak membebaskan Yesus dari penderitaan yang harus ditanggung. Yang
di lakukan oleh Allah kepada Yesus, Putra-Nya hanya satu. Allah mengutus
malaikat Tuhan untuk memberikan pelukan penghiburan, peneguhan, ketenangan dan kekuatan
kepada Yesus. Pelukan malaikat Tuhan itulah yang telah memampukan Yesus berhasil menyelesaikan Misi Bapa-Nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar